Tosari, 10 Januari 2018, PT Tirta Investama – Pabrik Keboncandi (Pabrik AQUA Keboncandi) menginisiasi budidaya Bunga Edelweiss dengan memanfaatkan ruang kosong di pemukiman warga Dusun Wonomerto, Desa Tosari. Selain Edelweiss, dua jenis tanaman endemik Tengger juga dibudidayakan yaitu Mentigi dan Kesek. Program ini berjalan dengan melibatkan Pemerintah Kecamatan Tosari, Warga Desa Tosari, Sekolah Sahabat Mata Air (SSMA), Komunitas Pencinta lingkungan (Bromo Lovers), TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), Perhutani, Paguyuban Jip Bromo, hotel-hotel di sekitar Bromo dan Yayasan Satu Daun.
Pembentukan model kampung konservasi merupakan upaya kongkrit pemberdayaan masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan konservasi yang dilakukan secara terintegrasi dengan pengelolaan kawasan konservasi. Seperti diketahui bahwa Edelweiss merupakan tanaman yang dilindungi, di sisi lain masyarakat Tengger menggunakan bunga tersebut sebagai bagian dari ritual keagamaan yang dilakukan secara berkala. AQUA Keboncandi bermitra dengan Yayasan Satu Daun serta para pemangku kepentingan, berinisiatif membentuk kelompok masyarakat “Bala Daun” yang peduli lingkungan yang dapat meminimalisir gangguan, memperluas habitat flora & fauna, menambah areal serapan air serta diharapkan tercipta berbagai aktivitas mayarakat untuk menambah pendapatan khususnya di dusun Wonomerto Desa Tosari.
Penanaman tanaman endemik Tengger berupa edelweiss, pohon Kesek & Mentigi dengan total 2000 bibit, oleh para pemangku kepentingan; Dinas Lingkungan Hidup, TNBTS, Perhutani, kelompok masyarakat & pecinta alam serta anggota Sekolah Sahabat Mata Air.
Mewakili Kepala Pabrik AQUA Keboncandi, Harijo Suseno, dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara ini adalah wujud apresiasi dari kegiatan pelestarian sumber daya air bagi seluruh pihak yang terkait, baik dari pemerintah daerah, pelaku dunia usaha, dan dunia pendidikan, serta masyarakat setempat. “Penting sekali meningkatkan kesadaran bahwa pengelolaan sumber daya air dan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama”, tegasnya.
Camat Desa Tosari, Taufiqul Qoni juga menggarisbawahi bahwa kampung wisata konservasi dapat memicu pariswisata yang berwawasan lingkungan. Masyarakat dapat memetik manfaat ekonomi dari kunjungan wisatawan yang diharapkan tidak hanya melihat Bromo, tetapi juga belajar bagaimana budaya lingkungan masyarakat lokal dalam mendukung pengelolaan kawasan konservasi. Wisatawan bisa dilibatkan untuk mengembalikan kualitas lingkungan dengan melibatkan semua elemen masyarakat khususnya di DAS Rejoso.
Selain 2000 bibit yang telah tertanam sejak 2017 lalu, saat ini pembibitan dikembangkan pula di lahan-lahan warga. Nantinya aktivitas penyemaian, penanaman, pemetikan dan ritual keagamaan yang menonjolkan kearifan lokal akan menjadi nilai tambah. Bala Daun sebagai kelembagaan yang aktif di dusun Wonomerto ini menjadi pelopor untuk kegiatan yang sama di 6 dusun Desa Tosari.