PASURUAN - Pangelolaan daerah aliran sungai atau DAS secara terpadu terus dikembangkan di Kabupaten Pasuruan demi menjaga kelestarian serta efektifitas pemanfaatan air tanah dalam yang selama ini merupakan berkah bagi Kabupaten Pasuruan serta daerah-daerah sekitarnya.
Saat membuka lokakarya ‘Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Pasuruan oleh Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kabupaten Pasuruan, Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf, SE. MMA menuturkan, Kabupaten Pasuruan diberkahi potensi sumber mata air yang melimpah.
Bahkan salah satu mata air yang ada di Kabupaten Pasuruan telah dijadikan menjadi proyek strategis nasional yaitu SPAM Umbulan. Selain itu, puluhan perusahaan air minum dalam kemasan juga beroperasi di wilayah Kabupaten Pasuruan dengan memanfaatkan bahan baku air yang tersedia.
“Di balik berkah ini juga ada tantangannya. Penurunan jumlah debit air SPAM Umbulan perlu diwaspadai jika tidak ingin kehabisan air di masa depan. Pengelolaan DAS yang baik menjadi kunci utama,” katanya saat membuka lokakarya, Kamis (10/2/2022).
Gus Irsyad, demikian panggilannya, memberikan apresiasi yang besar terhadap keberadaan Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kabupaten Pasuruan atau FDP. Secara khusus apresiasi yang sama juga disampaikan kepada Danone-AQUA yang selama ini telah menjadi mitra pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam menjaga lingkungan. Diharapkan peran Danone-AQUA dapat lebih aktif dalam pengelolaan terpadu DAS bersama FDP.
“Selain itu, apresiasi kepada ICRAF yang telah melakukan pendampingan kelembagaan dan kegiatan-kegiatan lainnya, termasuk lokakarya hari ini,” ungkapnya.
World Agroforestry atau ICRAF, lembaga penelitian internasional yang berkedudukan di Bogor, telah bekerja bersama Danone Ecosystem, Danone-AQUA, Universitas UGM dan Montpellier Perancis di DAS Rejoso sejak 2016 melalui Gerakan Rejoso Kita
Senior Expert Landscape Governance and Investment ICRAF, Dr Beria Leimona menuturkan, sejak 2016 di Kabupaten Pasuruan pihaknya sudah berkoordinasi dengan semua pihak dalam pelestarian DAS Rejoso.
Hal-hal yang sudah dilakukan termasuk menginisiasi skema imbal jasa lingkungan di wilayah hulu dan tengah DAS Rejoso sebagai salah satu cara pelestarian DAS Rejoso. Dalam pilot proyek tersebut, Danone-AQUA berperan sebagai lembaga yang menyediakan imbal jasa kepada para petani yang melakukan upaya-upaya konservasi tanah dan air dengan menanam poihon, menanam strip rumput, dan membuat rorak.
Dalam tiga tahun terakhir, kegitan ICRAF melalui Gerakan Rejoso Kita berfokus ke wilayah hilir dengan program pengenalan budi daya padi ramah lingkungan.
Padi ramah lingkungan adalah teknologi budidaya padi sawah dengan penerapan pola tanam jajar legowo, pengairan berselang, pemupukan berimbang, dan penggunaan biopestisida.
Hasil pertanian padi ramah lingkungan mampu mengurangi potensi efek gas rumah kaca (global warming potential) sampai 36%. Bahkan, potensi hasil panen padi ramah lingkungan bisa mencapai 10.3 ton gabah kering per hektar, sementara cara biasa rata-rata 7 ton saja.
Koordinator Gerakan Rejoso Kita, Dr Ni’matul Khasanah, menjelaskan, “Selain itu, kami juga mengenalkan program percontohan sumur bor. Ketika petani di hilir DAS Rejoso di Kabupaten Pasuruan mendapatkan anugerah berupa melimpahnya persediaan air tanah. Mereka membuat sumur bor untuk irigasi pertanian. Tidak semua sumur bor mampu mengeluarkan air secara optimal seperti saat baru dibor. Setelah dua atau tiga tahun, air sumur bor mengecil bahkan berhenti mengeluarkan air. Kebocoran di dalam tanah serta penyumbatan disinyalir menjadi penyebab utama,” katanya.
Selain itu, pengeboran itu juga terjadi karena konstruksi sumur bor yang kurang baik. Pipa tidak sampai ke dasar pengeboran dan dinding sumur tidak diperkuat cor semen. Bahkan, karena mulut sumur bor tidak diberi keran, maka air keluar tak henti, dua puluh empat jam sehari, walau sedang tidak digunakan. Hal ini menimbulkan masalah terhadap cadangan air tanah DAS Rejoso.
“Di sektor hilir, kita ajak petani dengan budidaya padi ramah lingkungan. Produktifitas padi ramah lingkungan bisa lebih hemat air,” tambahnya.
Dalam paparannya terkait kondisi cekungan air tanah di Kabupaten Pasuruan, pakar dari Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Ir. Heru Hendrayana menuturkan bahwa penyebab rawannya kondisi cadangan air tanah di Kabupaten Pasuruan sudah diketahui. Perlu upaya perbaikan daerah tangkapan air di bagian hulu dan tengah melalui penanaman pohon serta mengurangi potensi kebocoran di wilayah hilir.
Sementara itu, Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia sebagai salah satu narasumber menyatakan bahwa DAS merupakan rumah bersama, semua elemen di dalamnya patut berpartisipasi untuk menjaga keberlanjutannya. “Sebagai bagian dari DAS Rejoso, pabrik kami AQUA Keboncandi berusaha menjadi bagian dari solusi dengan melakukan program konservasi antara lain penanaman pohon 283.000 maupun pembuatan sumur resapan sebanyak 250 unit di daerah resapan air”, jelas Karyanto.
“Kolaborasi adalah kunci, untuk itu kita bangga menjadi bagian dari Forum Koordinasi Pengelolaan DAS dan juga menggandeng mitra lokal, melibatkan masyarakat dan mendapatkan arahan dari lembaga pemerintah terkait antara lain DLH,TNBTS maupun Perhutani. Kami berterima kasih dan mengapresiasi semua pihak yang sudah mendukung kami, untuk bergotong royong mewujudkan DAS Rejoso yang lestari”, tambahnya.