KLATEN-Tahun 2023 ini, Pabrik AQUA Klaten melalui program Corporate Social Responsibilitynya (CSR) mendukung pengembangan ekonomi yang dilakukan Inklusi Center Kecamatan Karanganom - Bhakti Negeri (ICKK-BN) bagi para penyandang disabilitas ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) di Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Saat ini ada sekitar 20 penyandang disabilitas ODGJ yang sudah didampingi selama enam bulan pada setiap hari Jumat yang diadakan di Posyandu Jiwa Kantor Desa Kranggan.
“Untuk tahun ini kita akan lakukan pendekatan dengan pengembangan pelayanan anak dengan gangguan ODGJ. Yang kita lakukan salah satunya adalah penguatan kapasitas untuk pengembangan ekonomi untuk kemandirian para ODGJ dan juga untuk kesehatannya,” ujar Ketua ICKK-BN, Srimulyo.
Dia mengatakan para penyandang disabilitas ODGJ di Desa Kranggan ini kebanyakan diakibatkan stress karena masalah-masalah ekonomi keluarga, putus cinta, dan faktor keturunan. Karenanya, menurut Srimulyo, ICKK-BN berusaha bagaimana agar para ODGJ ini bisa mendapat perlindungan dan terapi sehingga bisa diterima lagi di masyarakat. “Tidak hanya itu, kita juga berusaha untuk mendorong sampai ke tingkat kemandirian mereka secara ekonomi agar memiliki masa depan,” katanya.
Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten Rama Zakaria mengatakan, pasca gempa Yogya, beberapa tahun lalu, anggota masyarakat disekitar pabrik Aqua yang mengalami gangguan jiwa meningkat. ”Bersama ICKK-BN dan Lurah Kranggan, kemudian AQUA Klaten mengembangkan program pendampingan bagi ODGJ” kata Rama.
Salah satu penyandang disabilitas ODGJ yang sudah merasakan manfaat dari pendampingan dan pembinaan yang dilakukan ICKK-BN yang sudah berjalan selama enam bulan di Desa Kranggan Polanharjo ini adalah Erna Yulianti. Wanita 32 tahun yang sudah memiliki dua anak ini mengalami ODGJ akibat himpitan ekonomi keluarga yang dialaminya bersama suami. Kondisinya saat ini sudah mulai pulih kembali. ”Saya stress karena tekanan ekonomi keluarga yang kurang. Akibatnya, saya sering hanya merenung sendiri dan kalau sudah marah tidak bisa mengontrol diri saya. Apalagi suami saya yang pekerjaannya hanya seorang pembuat pisau saja belum bisa memberikan apa-apa untuk keluarga,” tuturnya.
Melihat kondisinya itu, dia lalu diajak Kepala Desa Kranggan untuk mengikuti kegiatan dan pembinaan di kantornya. ”Saya waktu itu diajak Pak Kades. Katanya biar rileks. Benar, setelah mengikuti kegiatan ini selama enam bulan ini saya nggak stress lagi. Dengan mengikuti kegiatan di Posyandu, saya sekarang bahkan sudah mulai membuat usaha baru yaitu jual tanaman bersama suami,” tuturnya.
Hal yang sama juga disampaikan penyandang disabilitas OGDJ lainnya Umi Muslimah. Ibu berusia 38 tahun yang memiliki satu anak ini juga mengalami ODGJ karena himpitan ekonomi keluarga. Setelah mengikuti kegiatan pendampingan dari ICKK-BN, dia saat ini sudah mulai sembuh. ”Pertama-tama saya jual kacang dan kerupuk keliling. Namun, saya stress karena itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” tukasnya.
Dia juga mengaku diajak Kepala Desa Kranggan untuk mengikuti kegiatan di Posyandu GEMAS KETAWA (Gerakan Masyarakat Sadar Kesehatan Jiwa) karena melihat kondisinya itu. ”Setelah mengikuti kegiatan di Posyandu ini, saya merasa senang karena banyak orang-orang yang memperhatikan saya. Sementara, sebelumnya semua orang tidak peduli terhadap saya,” ungkap ibu yang saat ini juga tengah mengembangkan usaha pembuatan pisau bersama suaminya.
Dokter Resita Optiana dari Puskesmas Polanharjo, yang ikut sebagai pendamping dari tenaga kesehatan untuk memeriksa kesehatan para ODGJ di Posyandu GEMAS KETAWA Desa Kranggan Polanharjo mengatakan kondisi kesehatan para ODGJ baik-baik saja. ”Mereka umumnya hanya menderita stress saja yang membuat mereka akhirnya menutup diri dan tidak mau bersosialisasi dengan yang lain. Karenanya, mereka di Posyandu Jiwa ini dibimbing untuk bisa beradaptasi dengan menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk itu, mereka butuh dukungan orang lain,” katanya.
Dokter Resita mengatakan bersama beberapa karyawan Puskesmas dari bidan desa, dirinya biasanya memberikan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan lain-lain. ”Kalau ada keluhan penyakit, biasanya mereka akan diberikan obat dan juga konseling kejiwaan. Jadi pendekatannya seperti itu. Dan setiap bulannya akan ada seperti buku jurnal untuk mencatat perkembangan jiwa mereka seperti apa,” tuturnya.
Dia mengutarakan hingga saat ini dari 20 penyandang disabilitas ODGJ yang dilayani di Posyandu GEMAS KETAWA Desa Kranggan, Polanharjo ini, sudah 50 persennya terlihat lebih bagus perkembangan kejiwaannya dan 3 orang sudah pulih dari gangguan kejiwaannya. ”Saya lihat sudah ada peningkatan banyak, cuma memang masih ada yang berhalusinasi dan itu hanya satu dua orang saja,” ucapnya.
Kepala Desa Kranggan, Gunawan Budi Utomo mengatakan pendampingan yang dilakukan terhadap penyandang ODGJ di desanya ini bertujuan agar masyarakat yang mengalami kesehatan jiwa tersebut memiliki kegiatan yang positif. ”Karena, kalau mereka dikasih kegiatan yang positif, otomatis mindset mereka juga nanti akan positif juga. Dengan seringnya bersosialisasi di Posyandu, kepercayaan diri mereka akan terbangun kembali seperti halnya Mbak Erna dan Mbak Umi,” ujarnya.
Menurut Gunawan, orang yang mengalami gangguan jiwa sebaiknya jangan di-judge bahwa mereka itu orang gila. Karena, semakin di-judge sebagai orang gila, mereka itu akan semakin jatuh mentalnya. ”Nah, karena itulah kami membentuk Posyandu Jiwa ini untuk membuat bagaimana caranya agar mereka para ODGJ itu bisa tetap bersosialisasi dan bisa memfungsikan dirinya sebagai masyarakat,” tukasnya.
Para relawan di Posyandu ini juga dituntut untuk melakukan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM). Artinya, harus peduli kepada saudara-saudara yang mengalami gangguan jiwa dan bisa merasakan apa yang dialami oleh para ODGJ. ”Salah satunya di sini yang sudah ada adalah RBM SEHATI,” ucap Gunawan.
Untuk mencegah agar para ODGJ yang sudah sembuh tidak sampai kambuh lagi, Gunawan mengatakan kepada mereka akan diberikan stimulan. ”Jadi, mereka pengennya usaha apa, pengen cari hiburan apa, kita akan bantu. Ada yang pengen melihara ayam, kambing, kita kasih. Jadi, mereka tidak mempunyai pikiran yang nganggur dan mempunyai aktivitas,” katanya.
Desa Kranggan ini pada Desember 2022 lalu juga telah dinobatkan sebagai Desa Inklusi oleh Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia yang diserahkan oleh Komisioner Dante Rigmalia dan diterima oleh Bupati Klaten Sri Mulyani dan Camat Polanharjo. Dua apresiasi berupa Anugerah Prakarsa Inklusi tersebut menyusul yang diterima PT Tirta Investama – Pabrik Klaten (AQUA Klaten) pada 2 bulan sebelumnya.
Apresiasi tersebut diberikan kepada Klaten karena kolaborasi aktif dalam mengembangkan lingkungan kondusif dan kesempatan yang sama pada disabilitas untuk mendapatkan akses yang sama sebagai Warga Negara Indonesia.