Sebagai tempat tujuan wisata, Bali menghadapi banyak tantangan, salah satunya adalah persoalan sampah yang belum dikelola dengan baik. Tanah Lot, yang merupakan icon Pulau Bali pun menghadapi tantangan yang serupa. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat ini, semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Oleh karena itu, AQUA, sebagai perusahaan yang melakukan inisiatif keberlanjutan di bawah payung AQUA Lestari ,bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali, Universitas Warmadewa, Pemerintah Kabupaten Tabanan, Masyarakat Desa Adat Beraban, Paguyuban Hotel Bali dan Yayasan Trihita Karana , menginisiasi program Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat, ujar VP Corporate Secretary Danone AQUA, Parmaningsih Hadinegoro dalam sambutannya pada kunjungan peserta Forum Pemimpin Redaksi ke lokasi pengelolaan sampah terpadu AQUA di Tanah Lot,Bali .
Parmaningsih menjelaskan bahwa, AQUA group Sebagai Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), memiliki komitmen untuk melakukan pengelolaan sampah akhir produknya. Hal ini ditunjukkan dalam komitmen AQUA melalui payung inisiatif keberlanjutan AQUA Lestari, dimana perusahaan melakukan manajemen distribusi produknya untuk menciptakan Indonesia Sehat. “Selain program di Tanah Lot ini, sebelumnya AQUA telah melakukan pengelolaan sampah plastik sejak tahun 1993 melalui program PEDULI. Melalui program ini AQUA memberikan manfaat ekonomi bagi pemulung dengan memperkenalkan mesin pencacah. Sedangkan dalam operasionalnya, AQUA sendiri telah menerapkan berbagai inisiatif 3R (reduce, reuse recycle)”, imbuh Parmaningsih.
Program pengelolaan sampah terpadu di Tanah Lot ini, terdiri dari tiga fase. Fase pertama yang telah diluncurkan sebelumnya pada Desember 2011, adalah membentuk Gerakan Masyarakat Mandiri Peduli Sampah (Gemaripah) dengan melibatkan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama mensosialisasikan dan melakukan kegiatan pengelolaan sampah. Sedangkan fase kedua adalah tahapan sosialisasi yang dilakukan secara berkelanjutan berupa himbauan (announcer) yang dilakukan oleh petugas informasi di Tanah Lot. Hal ini dilakukan untuk terus melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai cara membuang sampah yang benar. Selain itu, himbauan kebersihan dalam bentuk stiker dan papan pengumuman diberbanyak dan juga yang tidak kalah penting dalam fase kedua ini adalah penguatan kelembagaan sehingga seluruh proses edukasi pengelolaan sampah ini akan dikelola dengan baik.
Salah satu persoalan sampah di Tanah Lot yang mendesak untuk ditangani adalah sampah batok kelapa muda. Rata-rata sampah batok kelapa muda yang dihasilkan per hari sebanyak 2 truk, sedangkan pada musim ramai/liburan rata-rata per hari sebanyak 6 truk. “Agar sampah-sampah tersebut juga memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat, maka sampah batok kelapa muda itu diolah menjadi briket yang dapat dijual oleh masyarakat setempat dan menjadi tambahan penghasilan. Bahkan saat ini, sedang dilakukan berbagai uji coba agar briket yang diproduksi dapat sesuai dengan standar yang diinginkan oleh Paguyuban Hotel Bali. Namun, dalam uji sebelumnya, telah terlihat bahwa briket yang digunakan menghasilkan ikan bakar yang lebih bersih, harum dan matang,” jelas Parmaningsih.
Ditambahkan oleh Parmaningsih, untuk tahap akhir program ini, AQUA mengharapkan agar masyarakat nantinya dapat mandiri melakukan pengelolaan sampah di Tanah Lot. “ Kami juga mengundang pihak lain untuk turut serta berpartisipasi dalam program ini sehingga suatu saat keberhasilannya dapat diterapkan di tempat wisata lain di Bali. Dalam kesempatan ini juga, kami ingin mengajak semua pihak
yang tergerak hatinya untuk terlibat dalam Gerakan Gemar Mengelola Sampah untuk menciptakan Indonesia yang bersih dan sehat. Karena untuk mengelola sampah dibutuhkan kerjasama semua pihak dan pemangku kepentingan” tutup Parmaningsih.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Troy Pantouw
Corporate Communication Director
T: (021) 2996 1000
E: corpcomm.aqua@danone.com